Bagaimana dan Mengapa Seseorang bisa merasa relate?


Kok Kita Bisa Ngerasa Kepo dan Relate dengan Kisah Orang Lain?



Gimana ya orang-orang tuh bisa rerasa nyambung dengan cerita atau kisah orang lain, padahal belum pernah ketemu sama sekali? Apakah kamu juga pernah ngerasa kayak gitu? Pastinya pernah, bukan? 


Saat kita membaca cerita atau dengar kisah orang, terus tiba-tiba kita kayak merasakan ikut di dalamnya. Kita bisa nangkep perasaan orang-orang dalam cerita itu, sampe kayak ngerti perjuangan mereka. Kadang-kadang, kita malah merasa kaya kita sendiri yang lagi alamin semua kejadian di cerita itu.


Tapi, kenapa sih kita bisa merasa nyambung sama cerita orang lain, padahal kita gak kenal mereka sama sekali sama orang tersebut? 


Ada beberapa alasan sih yang mungkin bisa mendeskripsikan kenapa bisa begitu, sebagai berikut:


Pertama, cerita itu kayak jembatan buat nyambungin kita sama perasaan-perasaan dasar manusia. Kan manusia sama-sama alamin emosi, seperti cinta, kehilangan, seneng, sedih, gitu. Nah, cerita itu bikin kita bisa saling berbagi pengalaman, jadi kita merasa gak sendirian.


Kedua, cerita itu bikin kita belajar lebih banyak tentang dunia dan tentang diri kita sendiri. Pas baca atau dengerin cerita, kita diajak melihat perspektif baru. Kita jadi tahu tentang budaya, cara hidup, dan nilai-nilai yang berbeda dari kita. Dengan begitu, jadi lebih ngerti dunia di sekitar kita dan jadi lebih paham diri sendiri.


Terakhir, cerita itu juga bagus buat hiburan. Kalo kita tenggelam sama cerita, semua masalah kita bisa dilupakan sejenak karena kita masuk ke dunia yang berbeda. Jadi bisa bikin kita relax, lupain stress, dan menikmati momen.


Lalu, cara kita bisa merasa nyambung sama cerita orang lain, padahal gak kenal sama mereka itu jawabannya lebih kepada rasa empati yang kita punya sebagai sesama manusia. Cerita itu juga menjadi jembatan buat nyambungin kita sama perasaan manusia, buat belajar tentang dunia dan diri sendiri, serta bikin kita merasa terhibur ataupun terlalur sedih hingga harus.



Referensi : 


Dana, Deb. 2018. The Polyvagal Theory in Therapy: Engaging the Rhythms of Regulation in Trauma, Attachment, and Developmental Disorders.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa itu Relate?

Apa perbedaan Relate dengan Empati?

Apa saja hubungan antara capek dengan depresi?